Medan - Tak hanya bernilai sejarah, restauran Tip-Top juga merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang ingin mengingat kenangan indah masa lalu. Turis-turis tua Belanda yang dulu pernah berada di sini akan datang kembali jika mereka berkunjung ke Sumatera Utara. Suasana romantis tempo dulu masih dapat dirasakan di tempat ini, tepatnya di Jl Ahmad Yani Kota Medan, berdiri sejak tahun 1934 M.
Pada tahun 1929, restauran ini bernama Jangkie, sesuai nama pemiliknya, dan berada di jalan Pandu, Medan. Setelah beberapa waktu, restauran ini pindah ke Kesawan pada tahun 1934 dan bernama Tip-Top (yang berarti “sempurna”). Pada masa lalu, Kesawan merupakan pusat bisnis di kota Medan.
Banyak kantor pemerintah dan kantor perusahaan asing yang berlokasi di sini. Orang Belanda yang bekerja di perkebunan atau kantor pemerintah biasanya datang untuk makan pagi atau menikmati kopi pada sore hari. Mereka sangat tergila-gila akan kopi robusta lokal dari Sidikalang yang beraroma harum dari dapur Tip-Top. Ketika Jepang menjajah Indonesia pada tahun 1942, nama Tip-Top berubah menjadi Jangkie kembali. Ini disebabkan karena nama Tip-Top yang bernuansa ke-Belandaan.
Setelah Jepang kalah dalam perang dunia ke II pada tahun 1945, nama Tip-Top kembali digunakan. Setelah kemerdekaan, Tip-Top menjadi populer di kalangan penduduk lokal, Terutama pada kelas menengah dan atas. Mereka biasanya membawa keluarga dan anak-anak pada akhir pekan. Tip-Top tidak hanya dikunjungi anggota keluarga, tapi juga oleh laki-laki dan perempuan muda yang sedang jatuh cinta. Mereka membuat kenangan manis yang romantis di restaurant ini. Para orang tua datang untuk bernostalgia, mengenang kebersamaan mereka yang indah di masa lalu sambil membawa anak-anak mereka.
Pada saat ini, Tip-Top dikelilingi oleh bangunan-bangunan tua yang mungkin tidak lama lagi akan dihancurkan. Keadaan berubah dengan cepat, tapi restauran ini tetap konsisten akan keberadaannya. Barang-barang lama seperti bangunan, mesin, meja dan kursi serta piano masih tetap digunakan.
Tip-Top masih menggunakan tungku kayu bakar Zaman Belanda sejak tahun 1934. Tungku ini menggunakan kayu bakar berkualitas baik sehingga dapat menghasilkan kue dengan aroma yang harum dan cita rasa yang enak. Kue-kue istimewa seperti kue tart, specolaas, saucijsebrood, moorkop, horen dan lain-lain dihasilkan dari tungku kayu bakar ini. Restauran ini juga menyediakan berbagai menu makanan dari Indonesia, China dan Eropa seperti steak ayam, steak lidah, salad, omelet, bitterballen, pancake, nasi goreng, cap-cay, fouyonghai, gado-gado, kari kambing, roti bakar dan lain-lain. Dan tidak ketinggalan, es krim buatan sendiri yang memiliki cita rasa tersendiri menjadi hidangan penutup yang istimewa sesuai dengan iklim kota Medan yang cukup panas.
Waktu terus berlalu, tapi restaurant ini tetap berjalan dengan konsep, tradisi serta resep-resep lama yang tetap dipertahankan. Setiap orang dapat melihat sejarah yang terpampang di dinding restaurant tua ini. Tip-Top tidak hanya dikenal dengan makanan dan kue yang enak, tapi juga merupakan bagian dari sejarah dimana Tiip-Top juga merupakan salah satu restaurant tertua di Indonesia.
0 Response to "TIP TOP Restaurant Masih Mempertahankan Tungku Kayu Bakar Sejak Zaman Belanda"
Post a Comment